Oleh Ustadz Nandang Burhanudin
(1) Bahwa Iran Syi'ah memberikan sumbangsih untuk perjuangan HAMAS, itu betul adanya. Kita tidak perlu menampik kebaikan siapapun, termasuk dari kafir sekalipun.
(2) Hal ini diakui para pemimpin HAMAS. Malah yang mendukung perjuangan HAMAS, tidak hanya dari Iran. Ada juga dari Afrika Selatan, Bolivia, Venezeuela, dan negara-negara yang notabene bukan Muslim.
(3) Rezim Assad pun juga menjadi bagian di antara negara yang membuka perwakilan HAMAS. Selain Qatar dan Turki tentunya. Perwakilan yang justru ditolak di beberapa negara Arab.
(4) Namun. Tak ada makan siang gratis. Iran, Syiria, Hizbullah membantu HAMAS karena kepentingan dalam negeri mereka sendiri. Selain menjadi bargaining dengan negara-negara Arab. Pun menjadi preasure untuk Israel.
(5) Kebaikan Iran atau rezim Assad terhadap HAMAS, tidak serta merta memupus kebusukan mereka dalam membantai kaum Sunni di Iran, Irak, Syiria, dan kekacauan di Bahrain.
(6) Jangan lupakan sejarah pembantaian Assad Senior, yang meratakan provinsi Homs di Syiria dan membantai puluhan ribu anggota Ikhwanul Muslimin Syiria. Hal yang sama terjadi dengan Assad Junior.
(7) Jangan lupakan pembantaian Syiah terhadap Sunni di Iran, Irak. Kini Irak dipimpin PM yang bukan Arab. Malah kabinet dan anggota parlemen dipenuhi kader-kader Teheran.
(9) Syi'ah sudah terbiasa membalikkan fakta. Pembunuh keluarga Imam Ali bin Abi Thalib pun adalah Kaum Saba'iyyah, yang notabene Syi'ah.
(10) Sama seperti dukungan kepada HAMAS. Tak jauh beda dengan "propaganda" memuliakan Ali bin Abi Thalib atau Imam Husain. Faktanya, mereka memuja-muja. Namun di balik itu, tersembunyi perbuatan nista dan durjana.
(11) Apalagi jika bukan perbuatan menistakan Islam dan syariatnya. Penghinaan terhadap sahabat Nabi dan keluarga beliau. Pelecehan terhadap Al-Qur'an dan syariatnya. Jangan lupakan itu.
(12) Kita pun harus menolak ISIS dan khalifah lainnya yang tidak sesuai dengan manhaj Nabi. Klaim mengklaim boleh. Namun semua menjadi nihil jika bertolak belakang dengan maqashid syariah.
(13) Kita pun harus mengkritisi negara-negara Arab maupun non Arab yang terlalu membebek AS, UE, atau menjalin kemesraan dengan Israel. Rezim-rezim ini harus ditumbangkan.
(14) Namun tentu. Jangan lupakan asas gradualisasi perjuangan. Tahapan-tahapan berjuang. Fiqh Tadarruj. Itu bagian dari Sunnah perjuangan. Namun malah dinafikan beberapa kalangan yang mengklaim pejuang syariah.
(15) HAMAS tidak bisa dipersalahkan karena membangun hubungan baik dengan Assad atau Iran. Karena, saat HAMAS menang Pemilu 2006. Negara-negara Sunni, malah takluk pada AS membiarkan HAMAS dikudeta.
(16) Bukankah hal yang sama terjadi terhadap Presiden Mursi? Satu-satunya Presiden Sunni yang berani membacakan ikrar kesetiaan kepada para sahabat dan istri-istri Nabi yang dihina dina oleh Syiah.
(17) HAMAS menegaskan. Hubungan baik dengan Iran, tak serta merta kami menjadi Syi'ah. Sebab kami memiliki prinsip. Namun ketidakpedulian saudara-saudara Arab kamilah, yang membuat apa yang syubhat pun menjadi boleh.
(18) Jadi sahabat. Mari melihat masalah Syi'ah, Zionis, rezim-rezim Sunni diktator dari kepentingan Israel Raya dan Imperium Persia.
(19) Syi'ah bukan Islam, sudah pasti. ISIS bagian dari suksesi agenda Israel Raya, sudah jelas. Sebagaimana kehadiran Assad yang lebih dirindu Israel. Pun kehadiran rezim-rezim Sunni diktator, yang puas hati membantai rakyatnya sendiri.
(20) Ini masalah kita. Tak bisa kita selesaikan hanya dengan update status di FB. Pun tak bisa hanya dengan mengibarkan bendera atau menjadi minoritas di parlemen negeri Muslim.
(21) Mengubah paradigma masyarakat, jauh lebih rumit daripada mengubah sebuah negara. Benar yang disabdakan Nabi. Beragama di akhir zaman, seperti memegang bara api. Namun kita harus konsisten!
Belum ada tanggapan untuk "Antara Syi'ah dan Sunni Diktator"
Posting Komentar