|
Kapolda Papua, Irjen Pol Yotje Mende memperlihatkan sketsa lokasi kerusuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, kepada para wartawan di ruang kerjanya di Mapolda Papua, Sabtu (18/7/2015) |
Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjen Pol Yotje Mende, menuding surat edaran yang dikeluarkan Badan Pekerja Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Wilayah Toli, 11 Juli lalu menjadi pemicu aksi spontan yang dilakukan ratusan pemuda GIDI saat membubarkan umat muslim yang sedang melakukan shalat ied. Mereka lalu membakar puluhan kios serta sebuah mushala.
Surat edaran kontroversial yang ditandatangani Pendeta Marthen Jingga dan Pendeta Nayus Wenda tertuang larangan merayakan Idul Fitri di Karubaga karena bertepatan dengan pelaksanaan Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Internasional Pemuda GIDI.
Dalam rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Kabupaten Tolikara, di Karubaga, Sabtu (18/7/2015) siang, kata Yotje, terungkap bahwa Bupati Tolikara, Usman Wanimbo dan Presiden GIDI Pendeta Dorman Wandikbo tidak menyetujui beredarnya surat edaran kontroversial itu. Surat itu adalah inisatif dari Badan Pekerja GIDI Wilayah Toli.
“Karena terlanjur beredar di kalangan peserta KKR, surat itu lalu disalahtafsirkan yang berujung aksi massa pembubaran ratusan umat muslim yang sedang melakukan shalat ied di lapangan Koramil,” ungkap Yotje di Mapolda Papua usai berkunjung ke Karubaga, didampingi Panglima Kodam XVII Cenderawasih, Mayjen Fransen Siahaan.
Menurut Yotje, dalam pertemuan itu Pendeta Dorman menyampaikan bahwa mereka tidak pernah berniat membakar mushala. Ratusan orang menjadi beringas, karena salah seorang dari mereka ditembak aparat, setelah melempari umat muslim yang sedang shalat.
“Ratusan umat muslim yang ketakutan lalu mencari perlindungan di Markas Koramil. Massa pemuda yang jumlahnya 500-an orang, lalu berhadapan dengan aparat. Karena salah seorang pemuda tertembak aparat, mereka lalu melampiaskan kemarahan dengan membakar rumah kios yang tak jauh dari lapangan. Api dengan cepat menyebar membakar puluhan kios yang terbuat dari kayu. Mushala yang berada dalam deretan kios ikut terbakar,” urai Yotje.
Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama Kabupaten Tolikara, menurut Yotje, semua pihak sepakat untuk berdamai. Untuk kerusakan yang timbul akibat kerusuhan tersebut, Bupati Tolikara, Usman Wanimbo berjanji untuk membangun kembali mushala dan rumah kios yang hangus terbakar dalam kejadian tersebut.
Akibat kerusuhan yang terjadi di Karubaga, Jumat kemarin, 54 rumah kios, sejumlah mobil dan sebuah mushala terbakar. Saat membubarkan amuk massa, 11 orang ditembak aparat Kepolisian dibantu TNI.
“38 KK yang kehilangan rumah dan harta benda saat ini mendiami tenda penampungan yang dibangun di halaman Koramil dan sebagian di halaman Polres. Sementara 11 orang yang mengalami luka tembak, tujuh diantaranya sudah dievakuasi ke RS DOK II Jayapura dan empat lainnya ke RSUD Wamena. Informasi terakhir satu orang meninggal dunia setelah sempat dirawat intensif di RS DOK II Jayapura,” kata Yotje.
Sumber:
http://ift.tt/1LjcNqI
***
NB: Yang dibakar masjid Baitul Muttaqin, masjid satu-satunya di Karubaga, ibukota kabupaten Tolikara. Masjid Baitul Muttaqin biasa dipakai untuk sholat Jumat.
"Insyaallah Mesjid Darul Muttaqin yang kalian bakar akan kami bangun kembali. Pertolongan Allah itu dekat T_T . Damailah Negeriku," tulis lembaga kemanusiaan BSMI Jayawijaya melalui akun twitternya.
Salah seorang relawan BSMI yang bernama Haryoni ikut sholat Ied saat tragedi pembubaran sholat Ied dan pembakaran masjid. Haryoni dan beberapa muslim Tolikara sekarang diungsikan ke Wamena.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kapolda Papua: GIDI Mengaku Tak Berniat Bakar Mushala"
Posting Komentar