"Kepemimpinan Organik vs Kepemimpinan Sintetik"
InsyaAllah malam ini kembali berbagi ke rekan-rekan sekalian. Kali ini topiknya tentang kepemimpinan.
Semoga Allah menghitung kebaikan, bagi Erdin dan sahabat yang menyimak. Berkah. Manfaat.
1. Kultwit Erdin, 19/8/15, "Kepemimpinan Organik vs Kepemimpinan sintetik, strategi reduksi biaya pada Pilkada"
2. Alhamdulillah sebentar lagi kita akan menghadapi pilkada di banyak daerah. Setiap pilkada, selalu muncul isu ini : "sponsornya siapa?"
3. Ongkos "perang pilkada" ini kayaknya sudah lazim. Biaya untuk operasional kampanye, bahkan biaya haram untuk beli suara. Bekerja di pilkada.
4. Money politics jelas haram. Tapi, untuk biaya operasional kampanye, operasional pemenangan tim, masih OK. Karna mmg kerja profesional
5. Nyetak kartu nama, flyer, spanduk, upgrading awareness calon ke masyarakat, jelas butuh biaya. Bagi saya wajar. It's OK.
6. Jika uangnya ada. Alhamdulillah. Jika gak ada? Ini masalah. Akhirnya ke "donatur", yang katanya sukarela. Iya kalo bener rela gak pp.
7. Saya gak bahas PKS lho ya.. ini ttg hampir semua partai.. ini topik umum aja.
8. Kembali ke donatur. Iya kalo donaturnya bener, kalo donaturnya nakal? Mereka bukan donasi, tapi invetasi. Mereka pasti nuntut ROI (Return of Investment).
9. Mereka pasti nuntut return of investment : "lu udah gw bantu bro, skrg gantian donk, proyek mana nih" ... gawat.
10. Jadi, untuk memutus rantai pragmatisme ini, kita butuh strategi baru : kepemimpinan organik. Sebuah jalan alami menjadi pemimpin!
11. Oke, saya akan fahamkan antum pelan2. Bismillah. Semoga Allah mengijinkan.
12. Kita harus memahami Pilkada ini seperti delivery product ke market. Seperti jualan. Ya memang kita jual sesuatu ke publik : "person".
13. Jadi Pilkada itu adalah proses penawaran ke publik atas sosok. "Ini ada sosok bisa memimpin, sila dipilih, kemampuannya ini, programnya ini"
14. Nah, marketnya itu adalah publik, mata uang mereka adalah "suara". Transaksi nya di hari pilkada. Tokonya namanya TPS.
15. Publik mau beli, jika butuh, atau merasa cocok dengan produk. Sebelum cocok, publik butuh ketertarikan. Sebelum tertarik, publik butuh tahu.
16. Maka "diketahui" - "dikenal" - menjadi modal dasar keberpilihan. Gimana orang mau milih kalo gak dikenal.
17. Jebakan batman demokrasi itu disini : "tidak semua orang yang kompeten itu terkenal" ... sori ya.. saya nyindir banyak kader nih.
18. Maka, untuk memenangkan pasangan calon kepala daerah (kada), kita harus mati-matian memperkenalkan mereka. Disinilah muncul biaya!
19. Biaya muncul, karena pasangan kada perlu di bantu pengenalannya, dirinya, sosoknya, ke publik.
20. Kalo kotanya kecil.. 1 juta atau bahkan 500 ribu populasi, mungki rada dikit murah. Kalo propinsi?
21. Disinilah biaya itu muncul, karena modal keberkenalannya lemah. Belum menancap di masyarakat. Jadi jualnya sulit.
22. Bisa saja kejual, kepilih, tapi biayanya tinggi : nyewa konsultan, nyewa media, tim PR, EO, wah.. ngeri deh saya liatnya.
23. So, jika ada calon kada yang menang karena duit, karena media, karena di make up citra : itu namanya kepemimpinan sintetik. Buatan.
24. Kepemimpinan sintetik itu biasanya gak lama. Kacau. Cepat keliatan lemahnya. Karena mmg menang karna duit doank. Ini petaka kita hari ini.
25. Sebaliknya, ada kepemimpinan organik. Dia mmg punya basis massa. People loves him. Jadi begitu dia naik, gampang kepilihnya.
26. Saya ambil contoh Fahira Idris. Walau anggota DPD, bukan Kada. Tapi fahira bukti kepemimpinan organik.
27. Itu Uni luar biasa eksisnya di jagad twitter. Pengguna twitter orang jakarta lagi. Terus bangun generasi anti miras. Menangnya mudah.
28. Uni Fahira dibantu relawan. Saya tahu pasti uni keluar dana juga. Tapi saya rasa gak gede. Dan andai keluar dana : jelas menangnya.
29. Ini kan yang repot. Ngutangnya banyak untuk pemenangan Kada, dan gak menang. Kasian percetakan. Hehehe..
30. Maka, untuk memutus rantai pragmatisme ini, jika Anda ingin menang pilkada dengan murah, berencanalah jauh-jauh hari. Bangun action plan.
31. Bangun komunikasi sama banyak orang. Sampaikan mimpi. Mirip Kang Emil Bandung. Populariti nya rendah, tapi orang itu punya rencana.
32. Berencana berkuasa dan mendadak ditunjuk untuk berkuasa itu.. 2 hal yang berbeda. Seperti kisah Nabi Yusuf.
33. Nabi Yusuf AS, masuk istana 2 kali. Kali pertama tanpa rencana (dibeli sebagai budak): (hasilnya) dipenjara. Kali kedua berencana (dia punya skill): (hasilnya) jadi bendahara negara. Keren.
34. Kembali ke PKS. Kita. Kader semua yang ana cintai. Jika antum tidak bersiap diri, maka ongkos jalan pilkada wal pemilu ini akan mahal.
35. Taujih dari ust Hepi Andi : "ikhwah harus siapkan kapasitas, karena sahabat Rasul itu sejatinya, siap semua jadi khilafah"
36. Saya fikir banyak benernya. Kepemimpinan organik harus ditempuh kader, agar cost perjuangan kita jadi murah. Tolong banget. Please.
37. Saya coba kasih ilustrasi..
38. Jika Anda di kampus banyak teman, luwes, amanah, menyenangkan, maka relatif : ketika anda berbisnis, anda akan banyak link. Network.
39. Iklan di TV yang harusnya anda bayar 30 juta per slot, karena marketing TV nya teman anda dulu, dia bisa kasih 3 juta saja.
40. Bahkan bantu placement ke program2 TV. Murah.. karena anda sudah bangun intangible asset : network, friendship, trust.
41. Yang bikin kita repot hari ini adalah ketiadaan itu didalam calon2 Kada kita : network terbatas, friendship relatif tidak banyak, repot.
42. Erdin kalo melihat pilkada2 yg dimana PKS turun gunung, erdin luar biasa menangis. Kasian. Intangible asset nya gak ada. Ini muhasabah kita.
43. Kang Emil itu nyicil tampil di billboard rokok. Jokowi itu mencicil harga sejak jadi walikota solo. Semua mencicil. Walau pencitraan.
44. Begitu kita gak mencicil, dan hadir begitu saja. Costnya besar.
45. Mari tengok case ust Irwan Prayitno di sumbar. Berapa kali beliau harus ikut pemilu di sumbar, sampai akhirnya menang? Need time.
46. Maka kader perlu belajar hal ini : kepemimpinan organik. Jadikan publik gak ada pilihan kecuali memilihmu.
47. Khayalan saya, dimasa depan nanti, bangsa ini tidak lagi punya pilihan, kecuali Anda-Anda yang tulus ingin membangun negeri. Kita.
48. Seperti sebuah bisnis, jika bisnis anda ditumbuhkan secara organik, dengan menabung profit ke modal kerja, dengan membaguskan produk..
49. ... bisnis anda akan kokoh, gak perlu jedar jeder marketing mahal-mahal. Produk Anda akan kuat di pasaran. Tapi mmg waktunya panjang.
50. Bisnis tiba-tiba besar, bisa banget, langsung heboh, bet bet bet.. tapi biaya akuisisi pasarnya juga besar. Biasa main debt atau ventura.
51. Ya bisnis yang tiba2 besar, bisa saja kokoh, tapi biasanya.. tidak ada yang bisa melawan alamiah pertumbuhan : waktu.
52. Bayi itu dikandung dalam 9 bulan 10 hari. Anda paksa 2 bulan lahir. Kematian yang ada.
53. Mungkin teknologi kesehatan kedepan bisa mempercepat itu, cuma jadi bayi sintetik. Pasti ada rapuh2 nya.
54. Sekian kultwit santai Erdin. Yuk ikhwah, sing bersiap. Mahawirnya sudah dauli. Butuh kemampuan untuk mengelola negara, gk hanya niat baik.
55. Rencanakan jadi walikota, bupati, presiden, dari sekarang. Walau masih 10 tahun lagi, 15 tahun lagi, 20 tahun lagi. Tempuh jalannya.
56. Kita sering ngomongin illuminati itu konspirasi. Brosis, mereka itu bersiap lama untuk bikin New World Order. Kaderisasi berjenjang. Disiplin.
57. Jadi, musuh itu juga bersiap, bukan kebetulan. Nah sekarang, saya ajak antum semua untuk menoleh pada kepemimpinan organik.
58. Kalo kemampuan ada, popularity 80%, basis loyalis tinggi, gak perlu banyak baligho akhina fadhil. Ya Rabb.. bi idznillah. Jebret. Win!
59. Semoga Allah memberkahi pilkada2 di Indonesia. Dan menjadikan sosok2 baik yang menang. Wassalamu'alaikum.
*dari twitter @erdin034 (19/8/2015)
Belum ada tanggapan untuk ""Jalan Kemenangan: Kepemimpinan Organik vs Kepemimpinan Sintetik" by @erdin034"
Posting Komentar