"Wahabi", "Ahli bid'ah" & "Islam Nusantara"
Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc
1. Islamku bukan Islam Saudi Arabia, juga bukan Islam Nusantara. Islamku adalah Islam ajaran Rasulullah SAW yang secara berantai disampaikan ulama.
2. Perkara ada budaya lokal yang mempengaruhi cara keberagamaan kaum muslimin, itu sangat wajar. Apalagi pada hal-hal yang tidak ada ketentuan nashnya
3. Yang tidak benar adalah jika budaya lokal diagungkan melebihi pengagungannya terhadap Islam. Anti sektarian, tapi sebenarnya sangat sektarian.
4. Heran, kok ada ulama menggiring Islam dengan pengkotak-kotakan begini. Soal ada beda pandangan, adu argumen lah. Itu tradisi ulama. Jangan sektarian!
5. Selagi dalam ruang lingkup
ahlussunnah wal jamaah, yakinilah, jauh lebih bnyak titik temu ketimbang perbedaanya, terutama dalam perkara-perkara prinsip (aqidah).
6. Titik-titik temunya jadikan sebagai sarana untuk saling bekerjasama dan menguatkan. Perbedaannya jadikan sebagai sarana untuk latih lapang dada dan toleran.
7. Dua kosa kata yang sering menggangu komunikasi dan dialog dalam diskursus agama: "Wahabi" dan "Ahli bid'ah" sebaiknya disingkirkan.
8. Intinya hindari stigma atau ungkapan menyudutkan dalam diskusi keagamaan, selagi masih dalam ruanglingkup aswaja. Terlepas sepakat atau tidak.
9. Yang lebh penting dari itu, Islam untuk diamalkan, bukan sekedar diperdebatkan. Debat keras soal qunut shubuh, shubuhnya malah sering absen.
10. Hemat saya, orang yang gemar angkat istilah 'Islam Nusantara' dan 'Islam Saudi Arabia' dialah salah satu aktor perusak kerukunan antar muslim.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk ""Wahabi", "Ahli Bid'ah" & "Islam Nusantara" by @abdullahhaidir1"
Posting Komentar