by Shidqul Iltizam Novi
Menikah itu bukan perkara finansial, tapi ia merupakan kesatuan tekad dan keinginan yang mantap. Itu pelajaran yang kudapatkan dari hasil diskusi dengan
coach Rizki hari ini.
Cerita tentang ia menyempurnakan agama membuatku tertawa. Ternyata menikah itu begitu mudah dan sederhana. Tapi tentunya kesederhanaan itu terwujud dari akumulasi kesiapan.
"Waktu itu, usaha saya sedang
failed, bangkrut. Uang di dompet saya cuma tersisa 20 ribu".
Bang Rizki,
coach muda yang sangat menginspirasiku memulai ceritanya.
"Saya menargetkan menikah itu tahun 2012. Kebayang gimana dengan kondisi saya yang sedang bangkrut waktu itu, rasanya tidak mungkin terwujud. "
Katanya sumringah.
"Hingga suatu hari saya bertemu dengan seorang akhwat di sebuah toko buku, dan akhwat ini adalah akhwat yang saya suka waktu SMP dulu".
"Saya langsung berpikiran, "ahaa, inilah jodohku".
Dia bercerita penuh ekspresif, membuat kelas kembali tergelak.
"Hingga akhirnya saya beranikan diri melamar si akhwat, meski modal saya hanya uang 20 rebu di kantong."
"Dan yang paling menegangkan adalah saat saya ditanya oleh mertua saya kapan akan dilaksanakan akadnya"
"Dengan Pede nya saya menjawab tiga bulan dari sekarang".
Dan Allah memang memudahkan rizki bagi mereka yang akan melengkapi setengah din. Tepat 3 bulan kemudian
coach Rizki menikahi si akhwat dengan kisaran biaya nikah 70 juta rupiah. Dan ajaibnya uang itu dikumpulkan dalam jangka waktu 3 bulan dengan cara yang halal, yakni berjualan properti.
Cerita tentang
coach Rizki ini menurutku sangat menginspirasi. Jika dipikir dengan logika, untuk seorang yang dilahirkan dari keluarga turunan kedelapan, yang tidak kaya, tentulah mengumpulkan uang 70 juta selama 3 bulan terasa mustahil. Namun
coach Rizki memberikan pelajaran telak bagi siapapun yang akan menikah bahwa yang harus dibangun ketika ingin menikah adalah sebuah komitmen untuk menikah, bukan finansial.
Rizki, jodoh, memang Allah yang atur. Tapi yang harus dimaknai adalah keduanya tidak dihadiahkan Tuhan seperti para peri di dunia dongeng, yang tetiba "tring" langsung ada. Keduanya harus dikejar dengan kerja keras dan kemantapan hati.
So, yang ingin menikah masih menunggu uang banyak dulu baru berani berkomitmen? Bukankah lebih nikmat, apabila logikanya dibalik, menikah dulu baru mengejar finansial dengan orang tercinta disisi?
Maka lamarlah, lalu bekerjalah. Jika menciptakan bumi dan langit saja begitu mudah bagi Tuhan, maka tentunya tak ada kesulitan bagi Tuhan untuk mengabulkan doa hambaNya yang ingin melengkapi setengah agamanya.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ikhwan Ini Nekad Menikah Dengan Akhwat Pujaan Hatinya Bermodal Rp 20 Ribu"
Posting Komentar